Sabtu, 31 Januari 2009

BIBIT-BOBOT-BEBET

( SING NULIS: MUTAQIN GURU BASA JAWA SMP 2 PAMOTAN )


Nuwun.

Menawa ngrembug babagan omah-omah, tembung bibit-bobot-bebet mono minangka tetimbangan kang wigati banget tumrape wong Jawa. Ing buku Pawiwahaning Agesang karyane Tiknopranoto ( 1961 ) ngandharake menawa tembung bibit iku tegese nimbang calon sisihan utawa ‘pendamping hidup’ kang sesambungan karo bab keturunane sapa, nandhang lelara kang mbebayani apa ora ( upamane; rajasinga ‘sipilis’, majer ‘mandul’, gulanen ‘kencing manis’) lan liya-liyane. Bobot ateges nenimbang babagan pendhidhikan, pangkat, lan drajat. Dene bebet nduweni teges nenimbang sipat,watak, lang tingkah laku.

Ki Hajar Dewantara ( 1937 : 32 ) ngandharake menawa tembung bibit-bobot- bebet mono minangka wejangane wong tuwa (Jawa) marang anake sing arep golek sisihan ‘pendamping hidup’. Bibit tegese calon sing dipilih kudu sehat lair lan batine. Bobot tegese calon sing dipilih kudu nyata-nyata ‘berbobot’, ‘bernilai’, lan budi pekertine luhur. Bebet tegese keturunane wong sing apik lan duwe pengaruh status sosial sing gedhe, upamane tokoh keagamaan utawa ksatria.

Miturut Gericke en Roorda, bibit-bobot-bebet saka tembung bibit kang tegese winih; bobot kang tegese dharah, keturunan, lan asal-usul; lan bebet sing tegese kasugihan, raja brana, drajat sarta pangkat, lan kapinteran ( Rochyatmo, 1999:63).

Yen Serat Centhini nerangake menawa wanita sing arep didadekake sisihan urip iku kudu tetimbangan : (1) bibit, ayu lan pinter, (2) bobot, kudune milih wanita sing asli (keturunane bapak) kanthi 7 peprincen, yaiku: (a) keturunane wong pangkat, (b) keturunane wong ngalim, (c) keturunane wong sing ahli tapa, (d) keturunane sarjana (wong sing duwe ngelmu) lan wicaksana, (e) keturunane wong sing pinter ing samubarang, (f) keturunan prajurit, lan (g) keturunane wong sing wekel nyambut gawe ‘rajin’; (3) bebet, tegese bapake bocah wadon kudu sing supudya, sugih bandha, lan loma ‘dermawan’

Konsep bibit-bobot-bebet nuwuhake maneka warna panyakrabawa utawa penafsiran. Serat Warayagnya karyane KGPAA Mangkunagara IV pupuh Dhandhanggula pada sanga nyebutake mangkene:

Mula ora gampang wong arabi,

Kudu milih wanodya kang kena,

Ginawe rewang uripe,

Sarana ngudi tuwuh,

Myang ngupaya kang sandhang bukti,

Wewilangane ana,

Catur upayeku,

Yogyane kawikanan,

Dhingin bobot pindho bebet katri bibit,

Kaping pat tatariman.

Jarwane :

Mula, ora gampang wong rabi, kudu milih wanita kang bisa dadi kanca

urip kanthi cara ngupaya golek sandhang pangan, yaiku ana patang

perkara kang kudu dingerteni. Kapisan kasugihan, kapindho drajat, katelu

keturunan, lan kapate peparingan saka ratu (tatariman).

Tembung tatariman iku tegese wanita peparingan saka ratu utawa tilas garwane ratu. Kanthi pangajab ‘ngalap berkah’ saka wong kang duwe panguwasa. Jaman biyen wong kang oleh tatariman ora rumangsa nistha, malah suwalike rumangsa dikasehi dening ratu gustine.

Tetimbangan telung perkara ing dhuwur ing jaman saiki wis owah gingsir nut ing jaman kelakone. Jaman biyen wong tuwa sing duwe kendhali ngenani bab jejodhowan, ananging saiki wis ana imbangan antarane wong tuwa karo anak. Durung mesthi sarat tetelune mau kudu dijangkepi kabeh, sauger anggone padha omah-omah padha ayem tentrem dadi kulawarga sing sakinah mawaddah waa rohmah.

Nuwun.

Selengkapnya......

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI LESSON STUDY

( MUTAQIN : GURU BAHASA JAWA SMP 2 PAMOTAN REMBANG )

A. Pendahuluan

Dewasa ini sejumlah pembaruan sedang diayunkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Fokus pembaruan diletakkan pada tingkat sekolah. Karena disadari bahwa sekolah merupakan gardan terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah merupakan sebuah sistem yang tersusun dari komponen konteks, input, proses, output dan outcame.

Konteks perlu dipahami sebagai eksternalitas yang berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebagai contoh yang berkaitan dengan Konteks antara lain kemajuan iptek, nilai dan harapan masyarakat. Sehingga dari konteks masyarakat akan ikut andil dalam upaya memajukan pendidikan.

Segala sesuatu yang diperlukan untuk berlangsungnya pendidikan khususnya dalam kegiatan belajar mengajar merupakan komponen yang disebut input. Dalam input terdapat dua hal yang tidak bisa dilepaskan satu dengan yang lainnya, yaitu yang diolah dan yang mengolah. Input yang diolah adalah siswa, sedangkan input yang mengolah adalah visi, misi, tujuan, sasaran, kurikulum, tenaga pendidikan, dana, sarana dan prasarana, regulasi sekolah, organisasi sekolah, administrasi sekolah, budaya sekolah serta peran serta masyarakat.

Proses adalah kejadian berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses meliputi manajemen, kepemimpinan dan utamanya adalah proses belajar mengajar. Dalam pendidikan yang dimaksud dengan proses adalah kejadian berubahnya siswa yamg belum terdidik menjadi siswa yang sudah terdidik. Mutu proses belajar mengajar sangat tergantung mutu interaksi guru dan siswa. Mutu interaksi guru tergantung perilaku guru di kelas dan perilaku siswa di kelas. Perilaku guru di kelas dapat dicontohkan bagaimana kejelasan guru dalam mengajar, penggunaan variasi metode, variasi penggunaan media, antusiasisme guru dan siswa saat KBM, motivasi, manajemen kelas, pengaturan waktu, keinovasian, penggunaan waktu, dan aktivitas belajar siswa dan guru.

Sedang output pendidikan adalah hasil belajar atau prestasi belajar yang merefleksikan seberapa efektif proses belajar mengajar yang diselenggarakan.

Dari pemikiran tentang komponen konteks, input, proses, output dan outcame ternyata seorang guru sebagai ujung tombak dalam mewujudkan tujuan pembelajaran. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran akan sangat berarti bilamana dalam proses kegiatan belajar mengajar melibatkan berbagai unsur terkait.

Model pembelajaran yang dapat melibatkan berbagai unsur terkait adalah Lesson Study. Lesson study akan membuka peluang keberhasilan dalam pembelajaran, karena dengan model Lesson Study diharapkan ada peluang untuk membangun jaringan pendidikan atau jaringan pembelajaran yang lebih luas. Di dalam Lesson Study bukan guru saja yang tahu kelemahan, kekurangan, dan kelebihan dari kegiatan pembelajaran.

Namun dari kegiatan Lesson Study dapat diketahui unsur-unsur mana yang harus dibenahi dan unsur apa yang harus segera dipenuhi. Sehingga kekurangan-kekurangan akan segera dipenuhi dan kelebihan-kelebihan akan dipertahankan guna mencapai tujuan ideal pembelajaran yang diharapkan.

B. Hakikat Lesson Study

Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus. Berdasarkan data, Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial.

Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

C. Tujuan Lesson Study

Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

D. Keuntungan Lesson Study

Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Catherine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (observer), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.

Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.

E. Tipe Lesson Study

Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. Dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan.

Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.

F. Tahapan-Tahapan Lesson Study

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See).

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study.

a. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, menyiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang di dalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

b. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat atau observer).

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:

Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.

c. Tahapan Refleksi (Check)

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-sarannya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.

d. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan terlibatnya kepala sekolah secara langsung sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

G. Kesimpulan

Memperhatikan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Lesson Study merupakan salah satu cara mencapai predikat guru professional. Silakan mencoba….!

Foto 1 : Penulis Praktik Lesson Studydi SMP 2 Pamotan Rembang

Foto 2 : Aktivitas siswa dalam Kegiatan Belajar dan Observer

Daftar Pustaka

Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study

Project. online: http://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm

Catherine Lewis (2004). Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online:

http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm

Lesson Study Research Group online:

http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html

Hidayati, Sukarni, dkk. 2006. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Lesson Study

(Makalah). Yogyakarta: FMIPA UNY

Kadarisman, Nur, dkk. Teknik Dokumentasi dalam Lesson Study (Makalah).Yogyakarta:

FMIPA UNY

Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat

Subali, Bambang, dkk. 2006. Prinsip-prinsip Monitoring dan Evaluasi Program Lesson

Study (Makalah). Yogyakarta: FMIPA UNY

Sukirman. 2006. Peningkatan Keprofesionalan Guru Melalui Lesson Study (Makalah).

Yogyakarta: FMIPA UNY

Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study



Selengkapnya......